Minggu, 13 Desember 2015

Menelisik Keberadaan anak Punk Muslim

 Menelisik Keberadaan anak Punk Muslim

Assalamualaikum wr. wb.
apakabar ya akhi ya ukhti, ya abah ya umi semua? kali ini saya akan menshare suatu ketakjuban saya akan hal yang satu ini. Ya.. Anak PUNK. pasti ukhti dan akhti langsung mengernyitkan kening waktu mendengar hal ini. Biasanya saya waktu pulang kuliah khususnya hari pada hari minggu maghrib, saya sering menjumpai anak-anak Punk/anak ngegembel (istilah jawa) nongkrong di jalan Simpang Lima Kebumen untuk menunggu truk untuk di tumpangi, dari kaca bus (karena saya menaiki bus) saya melihat betapa lusuhnya mereka, seakan-akan this's my world, you can't distrub me, tapi yah remaja kan memang sedang mencari jati diri, namun cara mereka sedikit berbeda. nah seketika itulah saya browse tentang Punk, yang keluar Punk muslim... yuks kita baca bareng-bareng semoga bermanfaat.

PUNK MUSLIM, diawali dari kejemuhan disrepairisasi kehidupan diri dan sosial, kejemuhan yang menjadi sebuah kegelisahan, kegelisahan untuk berdiri dan bangkit mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya punk itu sendiri, kegelisahan menjelma menjadi sebuah keprihatinan, keprihatinan untuk menjadi sebuah kepedulian menyelamatkan diri dan kehidupan kawan-kawan dari lubang yang kami gali sendiri.
Pada 2007 pertengahan tahun, Punk Muslim dieksistensikanNYA untuk menjadi sebuah komunitas yang bershafkan Punkajian (pengajian), pendidikan, seni musik, dan Insya Allah akan berkembang menjadi shaf-shaf yang lainnya termasuk shaf ekonomi yang akan kami rintis.
Adalah sekumpulan pemuda-pemudi yang ingin hidup bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya, “melawan arus” adalah jalan yang dipilihnya dan dipilihkanNYA, karena berjalan dalam ladang yang tak bertuan ( jalanan ), yang sangat rentan dengan konflik, karena kami sangat merasakan itu.
Dua hal yang tak mungkin disatukan, Punk yang menyuarakan Anti Tuhan dan Muslim adalah pelaku ajaran Monotheis Islam, kami bukan bermaksud untuk menyatukan dua kata ini dalam pengertian yang harfiah.
Punk Muslim mencoba jalankan perintah seperti, “sampaikanlah walau cuma satu ayat”, “saling ingat mengingatkanlah kalian dalam kebaikan”, atau ribuan perintah-perintah yang lain, dan kami ini baru satu, dua atau tiga saja yang bisa kami kerjakan, Dan kami ini mengkhususkan untuk menyampaikan kepada diri kami sendiri dan merangkul kawan-kawan Punk yang terlanjur nge-Punk
Lebih jauh lagi mereka ingin memberikan sebuah opsi kepada para punkers, atau sebagai sebuah gerakan oposisi dalam “Negara” yang bernama punk ini, yang sebenarnya banyak juga kesenjangan antara para pemikir (tokoh) dan pengekornya (rakyat).
Kami mencoba menemani kawan-kawan yang sudah mulai lelah dan payah dengan punk yang telah dijalaninya.
Punk Muslim tidak melawan mereka (punkers), yang kami lawan adalah sebuah konsep atau sistem yang membuat mereka seperti yang terlihat sekarang, melawan pembiasan makna kebebasan yang ekstrim dan terlampau mengada-ada, dan melawan dasar mereka turun kejalanan entah karena broken home atau sebab lain.
Muslim adalah sebuah subyek, dan Punk hanya sebuah object, terlepas dari letak susunan kata subyek dan object, “punk muslim” atau “muslim punk”.
Kami ini hanya sebuah anti-tesis. Mencoba membuat dialektika dalam punk itu sendiri. Kami bukan punk islam atau islam punk, kami Punk Muslim.
Mengenal Pendiri dan Pengasuh Punk Muslim
Inilah fenomena baru: ngaji di kalangan anak Punk. Mereka mengeindetitaskan pengajian komunitas underground itu dengan sebutan Punk Moslem.
Adalah Ahmad Zaki, menyisihkan waktunya untuk mengasuh anak-anak punk belajar membaca Al Qur’an. Zaki, menaruh harapan besar, generasi muda ini kelak menjadi agen perubahan untuk menularkan kebaikan kepada rekan-rekan sesama anak-anak punk.
Pergumulan Zaki dengan komunitas anak-anak punk bermula ketika ia bergaul dengan teman-teman komunitas punk di kawasan Pulo Gadung, Ramadhan setahun yang lalu (2007). Ketika itu, Zaki menjadi Event Organigizer (EO) sebuah pertunjukan musik di sebuah kampus. Ia sering mengundang komunitas punk dalam kegiatan pertunjukan musik di mall-mall, kampus dan sekolah-sekolah.
Saat itulah Zaki mendapat tempat di hati anak-anak punk. Mereka sering bertanya, kapan ada job lagi, maksudnya agenda ngeband. “Mereka yakin, secara materi bisa mendapatkan sesuatu, setelah saya menjadi marketing kelompok band mereka,” ujar Zaki mengenang.
Zaki yang aktif di Dompet Dhuafa (DD) rupanya telah mengamati perkembangan anak-anak punk yang acapkali nongkrong di jalan-jalan ini. Meski Zaki bukan anak jalanan, ia merasa terpanggil untuk berdakwah di komunitas anak-anak punk.“Dulu, saya pernah pernah bandel. Setidak-tidaknya, saya tahu kehidupan mereka,” kilahnya.
Di komunitas band underground itulah, Zaki bertemu dengan (alm) Budi Khaironi, orang yang paling disegani di komunitas punk tersebut. Sebelum meninggal akibat kecelakan motor (Maret 2007), Zaki teringat kata-kata yang pernah diucapkan pimpinan komunitas punk itu: “Bang Zaki, tolong bimbing teman-teman kami (secara spiritual).”
Siapa sesungguhnya Budi Khaeroni (32)? 
Dia adalah anak jalanan jebolan pesantren yang terjun ke jalan. Selain ngeband dan mengamen, Budi pernah menjadi Ketua Panji (Persaudaaran Anak Jalanan Indonesia).
Perlu diketahui, setiap wilayah di Indonesia, mereka punya persaudaraan, komunitasnya sekitar 5000-an, rata-rata muslim. Jika ada teman-teman yang terjaring trantib, Budi-lah yang mengurus untuk membebaskan rekannya itu. Di usia muda, tepatnya 23 Mei 2007 lalu, Budi meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, meskipun sempat dirawat selama tiga hari di RS. UKI.
Komunitas Punk Moeslem rupanya mulai banyak jaringannya. “Kalau ikut komunitas mereka di Tangerang, shalat Jumat, misalnya, khotibnya pun dari kemunitas mereka sendiri, gayanya metal abis. Termasuk jamaahnya. Memang, nggak semuanya punk, alirannya beragam, ada yang beraliran regge, alternatif, rap, dan aliran musik lainnya,” kata Zaki.
Ternyata Budi tidak sendiri. Ada seorang rekan yang memiliki misi sama untuk mengisi ladang dakwah ini di tengah komunitas anak punk. Ia adalah Bowo, anak kiai jebolan pesantren yang juga habis waktunya di jalan. Sejak itulah, Zaki merasa mendapat dukungan penuh.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang akan berdakwah di kalangan anak jalanan. Kalau mau dakwah di komunitas anak jalanan, elu harus main di jalanan. Jika berdakwah di komunitas punk, elu tidak bisa pake baju koko, yang menunjukan kesalehan,” begitu Bowo pernah berujar.
Sebagai generasi punk yang tobat, Budi dan Bowo merasa prihatin dan gerah melihat teman-teman yang mengalami disorientasi dalam hidupnya.
“Kini banyak bermunculan generasi punk yang tidak jelas, apakah punk ideologis atau punk modis. Kalau tahun 1994, banyak punk ideologis. Mereka benar-benar punk. Sekarang sekadar punk mode,” kata Zaki.
Keprihatinan itulah yang mendorong Zaki, Budi dan Bowo menarik anak-anak punk yang sudah bosan dengan jalan hidupnya. Ngeband dan mengaji adalah kultur baru yang hendak ditularkan ke generasi punk. Mereka menyebut identitas kelompoknya dengan sebutan punk Moeslem. Saat ngeband, syairnya pun bernuansakan Islami. Ketika Islam menjadi basic, mereka mulai malu saat berbuat maksiat.
Punk Moslem lahir karena keprihatinan seorang Budi (alm), akan kondisi pemuda yang berada dikomunitas Punk, hidup tanpa orientasi (anti kemapanan) dan meninggalkan agamanya. Punk Moslem itu didirikan sejak Ramadhan 1427 H (2007). Sebelum berdiri Punk Moslem, Budi sempat mendirikan Warung Udix Band yang berdiri 7 tahun yang lalu dan sempat mengeluarkan album indielabel “Anak Bayangan”. Di Warung Udix, ia merekrut anak-anak punk dan mengajarkan pendidikan Islam.
“Kalau orang bangga dengan kemusrikan dan dosa-dosa yang mereka lakukan, tapi punk moeslem bangga dengan agama mereka (Islam). Biar mereka anak jalanan, brutal, tapi anak-anak punk moeslem tetap punya Tuhan. Ketika teman-teman menamakan dirinya punk muslim, ada sebagian komunitas yang menolak punk muslim secara tegas. Mereka berkilah, tidak ada tuh anak punk yang punya tuhan atau ideologis.”
Setelah ngeband, anak-anak punk merasa ada sesuatu yang kosong. Sejak 4-5 bulan yang lalu, dibuatlah pengajian rutin. Setiap malam Jumat, diadakan taklim, bentuknya seperti mentoring. Sedangkan Selasa malam, belajar tahsin. Mulanya hanya lima anak yang ngaji, kemudian berkembang menjadi 20 orang, laki-laki dan perempuan. Kini, ngaji bagi mereka adalah sebuah kebutuhan.
Awalnya mereka ada yang atheis. Sampai-sampai ada yang guyon, ah..gue mau masuk Islam atau Kristen dulu. Karena bagi mereka, agama bukanlah sesuatu yang sakral. Kalau pas ngamen, cuma dapat Rp. 300, diantara mereka ada yang teriak: “Allah Maha Pelit”. Setelah dibina, anak itu meyakini Allah itu tidak pelit. Tak ada jalan lain, cara membina mereka adalah dengan cara mendoktrin.
“Ketika anak-anak punk sudah menganggap ngaji sebagai kebutuhan, mereka mengirim pesan singkat (sms), malam ini ngaji nggak? Yang jelas, saya tidak ingin mereka merasa sedang diarahkan untuk masuk sebuah pergerakan atau kelompok harakah tertentu. Saat ini, pengajian kami memang belum ada namanya. Paling-paling, teman-teman menyebut pengajian ini pengajiannya punk moeslem.”
Zaki menargetkan untuk lebih focus membina 20 anak yang rutin mengaji. Suatu ketika, mereka akan merekrut rekan-rekannya sendiri. Syukur-syukur jaringan ini bisa menyebar lagi. Rencananya, awal Juni ini Zaki akan memberi daurah (pelatihan) di puncak. Dari 20 anak yang mengaji, separuhnya sudah ada yang lancar membaca al Quran.
Meski Zaki bekerja di sebuah lembaga sosial (DD), ia tak diminta untuk berdakwah atas nama institusinya. Secara pribadi, Zaki merasa terpanggil. Tak sia-siaa, hasil dari dakwah itu, tak sedikit anak-anak punk yang hijrah dan mulai pandai mengaji. Sebut saja, Lutfie yang meninggalkan dunia obat dan minuman keras. “Harapan saya ke depan, mereka dapat menjadi agen perubahan bagi teman-teman yang lain,” jelas Zaki.
Bukan rahasia umum, anak jalanan kerap dianggap tidak produktif, bahkan dicap sampah masyarakat. Orang kalau berdakwah di masjid itu biasa. Tapi bagaimana jika berdakwah di komunitas anak-anak punk?

Sabtu, 05 Desember 2015

Pilih Wortel,Telur, Atau biji Kopi?



Pilih Wortel, Telur atau Biji Kopi?

Assalamualaikum Ya Moeslimin dan Moeslimah?
Tentunya sehat bukan? Alhamdulillah… baik,di kesempatan yang indah ini saya akan memberikan suatu penerangan, melainkan bukan suatu pencerahan karena saya belum menjadi ahli ilmu, dan masyaalloh..saya hanya seorang yang kecil di banding ciptaan-ciptaan Alloh SWT yang lainnya.
Sebelumnya, pernahkan Anda melihat biji kopi? Yah, Biji yang beraroma khas ini memiliki kisah yang unik jika anda menyimak tulisan saya dari awal hingga akhir. Kita mulai dari percobaan dan kemudian renungkan !
Sediakanlah tiga buah panci berisi air, Lalu letakkan di atas Tungku atau kompor. Setelah itu, masukkan beberapa wortel kedalam panci yang pertama, lalu telur di panci yang kedua, dan serbuk Kopi di panci yang ketiga. Kemudian panaskan ketiga panci berisi air yang sudah di isi dengan Wortel, Telur dan serbuk kopi  selama 15 menit.
Setelah 15 menit, angkatlah masing-masing benda tersebut dari panci,kemudian lihat apa yang terjadi . wortel yang tadinya keras,setelah dipanaskan selama 15 menit menjadi lembek. Telur yang tadinya lembut setelah dipanaskan menjadi keras. Sedangkan kopi tetap kopi,namun justru memberi keharuman dan warna pada air dalam panci tersebut.
Apa arti percobaan tadi? Panci dan air yang dipanaskan melambangkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Sedangkan ketiga benda di dalamnya menunjukkan sikap mental kita setelah menghadapi permasalahan tersebut.
Wortel, melambangkan seseorang yang tadinya tegas dan teguh pada pendirian serta nilai nilai hidup. Selalu berusaha untuk jujur dan siap bekerja keras. Namun, setelah menghadapi permasalahan hidup, tekanan lingkungan maupun keluarga yang morat-marit membuat dia memiliki mental yang lemah, tidak berani mengambil keputusan sehingga konsep pada dirinya pun berubah.
Telur, melambangkan seseorang yang tadinya lemah lembut,  mengerti perasaan orang lain dan memiliki hati yang mau melayani. Namun, karena di terpa permasalahan yang besar, dan bertubi-tubi, membuatnya menjadi keras kepala, egois dan mudah tersinggung.
Kopi, melambangkan eksistensi diri yang tak mudah berubah sekalipun beban permasalahan menghimpit dan menekan sedemikian rupa. Ketika masuk kedalam “Dapur Penderitaan” , yang bersangkutan justru memberi warna dan keharuman bagi lingkungannya. Dia tidak mengeluh dengan permasalahan yang di hadapi. Dari mulutnya tidak keluar ucapan-ucapan yang menggerutudan apatis. Sekalipun menghadapi persoalan yang di hadapi sedemikian berat, dia tetap optimis bahkan mau berbagi pengalaman agar orang lain tidak menghadapi hal serupa. Ketika permasalahan muncul, cara pandangnya telah menggiringnya untuk menjadi kopi yang bisa memberi keharuman bagi keluarganya dan lingkungannya yang baru.
Mau jadi Wortel, telur maupun kopi itu tergantung dari bagaimana kita merespon permasalahan yang sedang kita hadapi nanti. Ziggy pernah mengungkapkan kisah sebuah mawar . di ungkapkan bahwa, “Anda bisa mengeluh karena mawar berduri, atau bersuka cita karena duri berbunga Mawar”
Kisah ini saya adaptasi dari sebuah buku yang sangat luar biasa memotivasi saya untuk maju “ Half Full-Half Empty, Setengah isi Setengah Kosong”, karangan seorang Pria Kelahiran Jambi, 13 November 1968, beliau merupakan seorang psikolog di bidang industri dan organisasi. Nama beliau sudah terkenal dimana-mana dan sering di dengar Yaitu Bapak Parlindungan Marpaung.

Kamis, 03 Desember 2015

Dapatkah Ladies-ladies Muslim Modern Mengikuti Sunnah Yang di Ajarkan Rosululloh?

 Dapatkah Ladies-ladies Muslim Modern Mengikuti Sunnah Yang di Ajarkan Rosululloh?

    Rasulullah Muhammad Saw adalah nabi terakhir yang ditunjuk oleh Allah Swt untuk menegakkan agama Islam di dunia sebagai petunjuk bagi umat manusia sebelum menghadapi hari akhir. Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin, pemberi petunjuk dan panutan bagi kaum Muslimin. Tindakan-tindakannya, secara pribadi maupun di depan publik, selalu mendapat bimbingan dari Allah Swt sehingga ia menjadi lambang bagi orang yang berbudi luhur, berperilaku dan berkarakter mulia.
    Rasulullah Saw dicintai dan dihormati oleh generasi pertama kaum Muslimin yang meniru, mengagumi dan mencontoh perbuatan serta sikap Rasulullah Saw dalam kehidupan mereka sehai-hari. Dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 31 disebutkan;
“Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuniNya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi penyayang.”
Kecintaan dan kasih sayang Allah Swt pada seorang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, tergantung pada tingkat kecintaan dan kepatuhan seorang mukmin pada Rasulullah Muhammad Saw. Kecintaan dan kepatuhan itu harus tercermin dalam cara hidup mereka dengan mencontoh kebiasaan, kualitas dan kepribadian Rasulullah Saw.
    Kaum Muslimin menghadapi tantangan dan tekanan yang berat untuk memegang teguh keyakinan mereka atau keyakinan itu akan luntur oleh gaya hidup sekular. Berbeda dengan zaman Rasulullah Saw, para sahabat secara otomatis dan dengan sepenuh hati menjalankan Sunnah Rasulullah Saw. Sekarang, zamannya sudah berubah, menerapkan Sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari menjadi tantangan tersendiri bagi banyak kaum Muslimin. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain;
  1. Modernisasi Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, penerbangan, teknologi dan industrialisasi membuat kehidupan menjadi serba cepat dan riuh. Seseorang akan dipandang kuno atau primitif jika memiliih menerapkan metode-metode yang usang, yang ditemukan berabad-abad yang lalu dan bukan metode hasil penemuan riset yang modern, berdasarkan data dan penemuan ilmiah. Di jaman modern ini, para lelaki Muslim lebih senang mencukur jenggotnya daripada menumbuhkan jenggot.
  2. Tekanan Lingkungan dan Budaya Korporat Di jaman sekarang hampir setiap orang bekerja untuk mencari nafkah-mulai dari orang-orang tua, kaum perempuan, remaja bahkan kadang anak-anak. Kehidupan mereka hanya berkutat di seputar bagaimana mengejar karir dan menapaki jenjang karir di perusahaan. Orang enggan berkompromi terhadap karir mereka ketika praktek-praktek sunnah menjadi kendala dalam karir mereka. Contohnya, seorang muslimah mungkin tidak diijinkan mengenakan jilbab di tempatnya bekerja atau harus protes dulu agar ia boleh mengenakan rok panjang sesuai ajaran Islam.
  3. Tradisi dan Budaya Banyak kaum Muslimin yang ingin mempraktekkan ajaran Islam harus menghadapi tekanan dari generasi Muslim yang lebih tua dalam lingkungan etnis maupun geografis mereka. Generasi tua itu kadang memberikan preferensi tentang Sunnah Rasulullah yang sudah dicampuradukkan dengan budaya mereka.
  4. Invasi Teknologi Peralatan teknologi dan informasi yang berkembang sekarang ini memungkinkan gambar-gambar, rekaman video dan material lainnya ditonton dan dinikmati bersama orang lain di manapun, kapanpun. Tak terkecuali material-material yang eksplisit dan tidak layak disaksikan. Kaum Muslimin zaman sekarang ditantang untuk menjalankan Sunnah Rasulullah di tengah maraknya fitnah terhadap Islam dan kaum Muslimin itu sendiri. Misalnya, bagaimana seorang lelaki Muslim tertantang untuk menundukkan pandangannya ketika melihat gambar-gambar perempuan yang provokatif yang bertebaran di sekeliling mereka bahwa di telepon genggam saat mereka sedang membaca informasi-informasi.
  5. Kelompok-Kelompok Islam yang Menyimpang Kaum Muslimin harus berhati-hati karena banyak kelompok-kelompok Muslim yang tergelincir melakukan penyimpangan ajaran Islam dan melakukan bid’ah. Seseorang yang melakukan tindakan yang tidak ada dasar ajarannya dalam Islam dan tidak pernah dicontohkan Rasulullah maka ia sudah jauh dari sunnah.
     Mengatasi tantangan-tantangan itu agar kita tetap berpegang pada Sunnah Rasulullah Saw bukan pekerjaan yang gampang bagi umat Islam di zaman sekarang ini. Mereka bukan hanya harus menjaga keyakinan agama mereka dari gerusan modernisme dan dari godaan duniawi tapi juga harus berjuang melalui perbuatan dan perilaku mereka untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama yang praktis dan mudah diimplementasikan dalam situasi zaman apapun.
Tantangan Kehidupan Modern Bagi Muslimah
     Sekarang ini, banyak Muslimah yang taat menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan keseharian mereka, terjun ke dunia dakwah. Para Muslimah ini juga begitu bersemangat untuk tetap memelihara dan mengikuti Sunnah Rasulullah, terutama yang berkaitan dengan kehidupan mereka sebagai perempuan.
Islam memberi garis batas tegas soal gender. Misalnya, menunaikan salat di masjid lebih disarankan bagi kaum lelaki Muslim dan bukan bagi kaum perempuan. Para Muslimah oleh sebab itu, harus mencontoh kehidupan para perempuan dalam lingkungan Rasulullah Saw, yang mematuhi dan mempraktekkan agama Islam berdasarkan bimbingannya, untuk mendapatkan tuntunan dalam menerapkan Sunnah Rasulullah Saw dalam konteks kehidupan di masa kini.
Para perempuan mulia di lingkungan Rasulullah Saw yang paling utama dijadikan panutan adalah para isteri dan anak-anak perempuan Rasulullah Saw. Beberapa diantara mereka memiliki keahlian yang mumpuni dalam masalah hukum Islam.
    Di jaman sekarang, tantangan terbesar bagi kaum perempuan dalam level global ketika mereka memilih untuk menerapkan Sunnah Rasulullah sebagai cara hidup mereka adalah, asumsi yang menyebutkan bahwa kaum lelaki dan Islam telah menindas kaum perempuan dan memaksa para perempuan untuk berpakaian serba sederhana serta asumsi bahwa perempuan seharusnya lebih fokus pada pekerjaan rumah tangga dan keluarga mereka, bukan pada karir atau pekerjaan di luar rumah.
Banyak Muslimah yang mematuhi Sunnah Rasulullah dan berkeinginan untuk menerapkan cara-cara hidup yang Islami. Tetapi, kesalahpahaman tentang kaum perempuan dalam Islam, yang dilakukan oleh media dan kelompok-kelompok yang berbasis gender membuat kesalahpahaman dan stereotipe yang tidak benar terpelihara.

Kisah Memikat Hati dari Rosululloh

Kisah Memikat hati dari Rosululloh

      
 Assalamualaikum wr. wb.
Bagaimana kabar kalian hari ini? sehat? Alhamdulillah.Baik kali ini saya menyajikan sepenggal kisah romantis dari Rosulullah yang sungguh memikat hati.Seperti apa kisahnya? check it now!

     Cinta Rasulullah kepada Aisyah dan kepada Khadijah tentu berbeda. Meski jika Rasulullah setiap kali ditanya tentang siapa yang paling dicintainya beliau pasti akan menjawab “Aisyah”. Sedangkan Rasulullah mencinta Khadijah sebagai karunia dari Allah. Rasullah mencintai Aisyah karena gabungan anatara pesona kecantikan, kepintaran, dan kematangan diri. Ummu salamah berkata, bahwa Rasulullah tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.
       Bahkan diusia Rasulullah yang semakin lanjut dan memiliki rentang usia yang cukup jauh dari Aisyah, Rasulullah dapat menyesuaikan dirinya untuk menjadi bagian dari dunia Aisyah pada usianya yang masih mudah. Keromantisan mereka diceritakan Imam Ahmad dan Abu Dawud dalam hadisnya. “Pernah Rasulullah mengajak istrinya, Aisyah, untuk berlomba lari dengannya. Rasulullah kalah. Lain waktu Rasulullah kembali mengajak Aisyah berlomba lari dan Rasulullah memenangkannya sehingga beliau tertawa seraya berkata, “Ini pembalasan yang dulu.”
http://abiummi.com/assets/uploads/2015/04/6-Cerita-Romantis-Islami-di-Zaman-Rasulullah-00_x3nv20_xpubb6.jpg       Keromantisan lain yang Rasulullah tunjukan pada Aisyah adalah ketika ia minum. Ia meminum air di gelas yang telah aisyah minum dan meminum bagian gelas di bekas bibir Aisyah. Dan masih banyak lagi kehangatan Rasulullah yang ia tunjukan kepada Aisyah.
     Sedangkan dalam cerita ini Rasulullah mengajarkan kepada kita bagaimana seorang suami perlu menyenangkan hari isterinya. Rasulullah pernah bersabda. “Segala sesuatu selain dzikrullah itu permainan dan kesia-siaan, kecuali terhadap empat hal; yaitu seorang suami yang mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (dalam permainan panah, termasuk juga dalam berlomba), dan seseorang yang berlatih renang.” (HR. An-Nasa’i. Shahih, kata Muhammad Abdul Halim Hamid).